Wednesday 27 April 2016

Aku Enggan Untuk Melangkah

Bicara soal langkah melangkah mungkin hal biasa...
Tapi terkait tema yang satu ini...agak berat mungkin bagi yang merasakannya hehe...

Entah mengapa saya ingin sekali menuliskan terkait tema ini, apa yang ada dipikiran saya dan pikiran orang kebanyakan.
Bagi saya hidup itu adalah realitas yang harus kita jalani semasa hidup kita, akan ke mana diarahkannya langkah kaki ini sampai pada sebuah tujuan.

Tentu setiap dari kita gak mau kalo hidupnya jalan di tempat, tidak berkembang dari dulu sampe sekarang begitu begitu ajah gak ada perubahan sama sekali...nah hal seperti ini di dalam Islam adalah dikatakan sebagai orang yang merugi, tentu kita sebagai muslim gak mau dong jadi orang yang merugi...

Yah...maka mau gak mau kita harus melangkah lebih jauh...lebih cepat dan lebih segalanya (kalo bisa sih)
Nah...sebenernya apa sih yang saya maksud dengan tema tulisan yang di atas "Aku enggan untuk melangkah".

Bicara soal melangkah sebenarnya masih ambigu...
Tapi di sinilah akan saya jelaskan...melangkah ke arah mana yang saya maksud...
Tak lain adalah melangkah yang saya maksud, menuju pada sesuatu yang bernama "pernikahan"

Tidak selamanya kita menjadi anak kecil...
Akan tiba masanya beranjak remaja kemudian dewasa dan berakhir tua. Namun yang menjadi momok adalah ketika kita sudah beranjak dewasa. Yang namanya dewasa berarti apa apa bisa dilakukan dengan sendiri. Dan orang yang dewasa gak selamanya mau "hidup sendiri". Sejatinya pasti ingin di dalam hidupnya ada seseorang yang bisa dijadikan tempat bersandar dikala lelah, tempat mencurahkan isi hati dikala gelisah, dan tempat berbagi dikala tidak ada siapa siapa yang bisa dibagikan. Siapa itu? Ialah belahan jiwa (suami/istri).

Namun..yang perlu dipahami adalah gak semua orang bisa memiliki belahan jiwa (kekasih). Terkadang bisa saja malaikat maut lebih dulu meminangnya daripada calon kekasihnya...bisa saja diusia yang sudah cukup mateng untuk menikah tetapi "dianya" tak kunjung datang juga...
Entahkah saling menunggu atau memang enggan untuk bertemu. Banyak kemungkinan yang terjadi.

Kadang...sudah ada yang menemui belum sesuai dengan kriteria kita akhirnya ditolak, terkadang kita sudah mau menerima eh sidianya yang gak sama kita, atau kadang udah klop ada aja dari salah satu pihak yang tidak setuju. Dan masih banyak tantangan lainnya, yang pada akhirnya kita enggan untuk bertemu dengan calon kekasih kita tadi. Bisa jadi terlanjur trauma dengan hal hal sebelumnya...atau yang lainnya.

Pada akhirnya  saking enggan bertemu dengan seseorang yang siap menjadi pasangan kita karena enggannya berhadapan dengan masalah masalah yang akan terjadi ke depannya...jadi diputuskanlah "aku enggan untuk melangkah ke sesuatu yang bernama pernikahan itu"
Lah...kalo sudah begini...sama aja menutup diri dari sunnah yang Rasulullah ajarkan dan contohkan...bahwa orang yang telah mampu untuk menikah maka menikahlah.

Tapi...emang terkadang bener juga sih...
Rasa itu muncul aja...keengganan untuk melangkah ke sana.
Ingat bahwa menikah itu bukan hanya bertemunya sepasang insan yang saling suka dan cinta akan tetapi bertemunya dua karakter keluarga yang berbeda, mulai dari beda ras..beda sikap..karakter...suku...jabatan...adat istiadat bahkan beda warna kulit dan bisa jadi beda negara.
Jadi sebenarnya menikah itu bukan hanya bicara soal rasa suka dan tidak suka. Akan tetapi lebih pada menggabungkan dua keluarga yang jauh berbeda.
Inilah yang berat untuk dihadapi, saking bertanya muncul rasa enggan dan tak ingin melangkah.

Yah...itulah dulu yang pernah saya rasakan...
Giliran calonnya dah dapet...eh ada saja dari pihak keluarga yang gak mau...maunya calonmu begini dan begitu...
Eh giliran calonnya dari pihak keluarga sayanya yang gak doyan...kalo sudah begini saya berfikiran..."emang yang mau nikah siapa sih? Saya atau keluarga saya?"
Sejatinya manusia itu gak ada yang sempurna...jadi kita gak bisa maksain kehendak kita...
Hingga akhirnya hal seperti inilah yang membuat saya enggan untuk melangkah kepernikahan...sebagaimana teman2 saya sudah mulai satu persatu menuju bahterah rumah tangga...

Saya tau...saya atau kalian yang mungkin berfikiran seperti saya...hal ini tidak baik...dan akan berpengaruh pada diri kita ke depannya...berhentilah trauma...karena trauma tidak akan menyelesaikan masalah...

Rabu, 27 April 2016
13.48 WIB
Niatnya nulis sambil nunggu adek yang mau MU
Eh ditunggu tunggu dia tak kunjung datang...
Ya sudah...akhirnya hadirlah tulisan ini hehe...

Thursday 14 April 2016

Aku ingin seperti Dia


      Sejak pertama kali nginjakin kaki ke pekanbaru ini...banyak banget yang udah berbuat baik terhadap saya. Ya mereka adalah teman teman saya yang ada di maktab, bahkan saya sangat bahagia memiliki mereka sebagai saudara saya. Ucapan terimakasih pada Allah yang sebesar besarnya karena telah pertemukan pada mereka. Oh Allah thanks about that :)

Ada salah satu dari mereka sahabat saya itu...yang benar benar membuat saya terharu. Terharu karena saya gak bisa membalas segala kebaikannya selama saya berada di kota bertuah ini. Bahkan belum ada sedikit materi yang bisa saya berikan padanya..oh Allah betapa pelitnya saya.

Saya biasa memanggilnya dengan sebutan mbk, ya karena beliau orang yang berasal dari suku Jawa. Beliaulah mengajari saya banyak hal. Mulai dari kesabaran, keistiqomahan, ikhlas dalam memberi, kedermawanan, serta kebaikan kebaikan lainnya yang semua tak bisa saya sebutkan satu persatu.

Saya berharap sama Allah supaya membalas kebaikannya dengan SyurgaNya aamiin. Kuatkan ia...murahkan rezekinya...panjangkan umurnya...dan matikan ia dalam keadaan khusnul khotimah...mati dalam keadaan memperjuangkan agamaNya ...berjuang dalam mewujudkan Al-Khilafah Rosyidah 'ala minhajnubuah....amiin...

Thanks a lot my sist :) oh Allah blessing her anywere aamiin

Special for My Sist KK

Ahad, 29 Mei 2016 M
Sya'ban 1437 H